Rabu, 31 Maret 2010

QUO VADIS "ORANG KRISTEN" ? [ Renungan Paskah 2010 ]..





Paskah merupakan peristiwa besar yang dirayakan dengan sukacita oleh selain oleh umat kristiani, juga oleh orang-orang Yahudi. Bagi Agama Yahudi, paskah atau pesakh atau passover merupakan suatu perayaan yang penuh sukacita, dimana Nabi Musa membawa baangsa Israel keluar dari perbudakan dari Mesir yang telah berlangsung kira-kira selama 400 tahun menuju Tanah Perjanjian. Bagi Umat Kristiani, Paskah merupakan suatu kemenangan, dimana Yesus yang mati di kayu salib bagi dosa-dosa manusia, bangkit dan hidup, yang menandakan kemenangan kuasa-Nya atas dosa dan kematian. Paskah juga menjadi lambang pembebabasan, entah bagi bangsa Israel atau Umat Kristiani.


Kebangkitan Kristus dari kematian merupakan suatu pembebasan, karena kematian-Nya saja tidaklah cukup ! Memang dosa telah lunas dibayar di atas kayu salib, murka Allah sudah dipuaskan, nubuatan para nabi dan kitab-kitab taurat sudah digenapi dalam kematian Kristus ! Tetapi kematian saja tidaklah cukup. Kematian tidak memberikan suatu makna bagi kehidupan, karena kematian hanya meninggalkan jejak tanpa suatu arti bagi kehidupan selanjutnya.


Kalau Yesus tidak bangkit dari kematian, Dia mungkin hanya akan dikenang sebagai salah satu nabi dari agama Yahudi, atau mungkin dikenal sebagai salah seorang pejuang atau pahlawan bangsa Israel yang ingin membebaskan tanah airnya dari penjajahan bangsa Yahudi.


Kalau Yesus hanya mati dan tidak bangkit, tidak ada gereja, tidak ada persekutuan orang-orang percaya, tidak ada penyiksaan kepada orang-orang Kristen, tidak ada kitab-kitab Perjanjian Baru, Rasul Paulus hanya akan menjadi seorang farisi yang hanya dikenal oleh bangsa Yahudi pada jaman itu dengan nama Saulus.


Kebangkitan Kristus merupakan suatu peristiwa besar dalam sejarah umat manusia, sejak dunia diciptakan sampai dengan hari ini. Banyak pendapat, banyak teori dan juga banyak tulisan yang menolak kebangkitan-Nya [ walaupun sampai hari ini, kita tidak pernah menemukan sisa-sisa tulang belulang Yesus ].


Kebangkitan Yesus merubah jalan-Nya sejarah dunia, sejak kebangkitan-Nya [ dan juga kenaikan-Nya ke surga ] memberikan kekuatan spiritual kepada para pengikut-Nya untuk dapat menerima siksaan dan kematian dengan senyum dan kasih, ketika mereka dibantai dan menolak untuk mengakui Kaisar sebagai Tuhan, kecuali Yesus. Kebangkitan Yesus yang menberikan semangat bagi bapak-bapak gereja dalam mengabarkan Injil ke seluruh dunia.


Tetapi kalau kita pelajari kitab-kitab Injil, dan melihat sisi kemanusiaan Yesus dalam peristiwa penyaliban sejak Dia diadili sampai dengan disalibkan, Yesus yang sebagai manusia melewati proses penyaliban tidaklah dengan mudah, ada sisi ketakutan dan kecemasan, sehingga dalam doa-Nya di taman getsmani, Dia meminta kepada Bapa di sorga “kalau boleh cawan ini lalu “ . Tetapi juga karena ketaatan-Nya kepada Bapa disurga dia menerima dan bersedia melewati proses penderitaan yang amat sangat baik secara jasmani dan rohani.


Secara jasmani, Yesus mengalami suatu penyiksaan yang tak terperikan seperti yang digambarkan dalam film The Passion of The Christ [ Film ini walaupun sebenarnya tidak Alkitabiah, sangat baik memberikan gambaran visual mengenai kerasnya penyiksaan serta penderitaan yang dialami Yesus ]. Karena ketaatan-Nya, Yesus menjalani semua rencana yang ditetapkan Allah bagi Dia untuk menjadi juruselamat bagi semua orang [ yang mau menerima-Nya ], sampai pada akhirnya Yesus berkata, “ sudah selesai “, sebelum Dia wafat diatas kayu salib.


Secara rohani, kemanusiaan Yesus mengalami suatu penderitaan yang amat sangat, karena Dia dihina dan dilecehkan orang, dari seseorang yang bisa melakukan banyak mukjizat sampai dari mencelikkan orang buta sampai membangkitkan orang mati, sekarang Dia diejek karena tidak bisa menyelamatkan diri-Nya sendiri. Dari yang sehari sebelumnya, Dia dielu-elukan seperti seorang raja, sekarang dihina dan diadili sebagai seorang penjahat kelas kakap ! Penderitaan Yesus melewati jalan salib menuju kematian merupakan suatu penderitaan yang lengkap dan komplit dari sisi kemanusian-Nya.


Para peziarah terutama umat Katolik yang mengunjungi Yerusalem mengenal suatu prosesi jalan salib yang dikenal Via Dolorosa, yaitu suatu prosesi untuk mengenang perjalanan Yesus dalam memanggul salib menuju bukit Golgota untuk disalibkan. Via Dolorasa juga merupakan sebuah jalan di kota Yerusalem kuno, yang berarti jalan kesengsaraan atau jalan penderitaan, pada bulan-bulan menjelang paskah menjadi sangat ramai dikunjugi oleh para peziarah yang ingin mengenang penderitaan Kristus.


Jalan salib yang penuh penderitaan dan kesengsaraan merupakan suatu gambaran yang tepat untuk menjelaskan bagaimana kita selaku umat Kristen menapaki dan menjalani hidup ini. Jalan salib juga yang memberikan kekuatan kepada para murid untuk kemudian mengabarkan injil dan menjadi martir demi Kristus, seharusnya juga menjadi kekuatan kita dalam menapaki jalan hidup di dunia yang semakin jauh dari nilai-nilai Kekristenan !


Jalan salib yang membawa kebangkitan Kristus yang menpengaruhi iman kepada murid-murid Yesus [ kecuali Yudas Iskariot ] yang tadinya kucar-kacir ketakutan karena guru yang mereka andalkan sepertinya tidak berdaya menyelamatkan diri-Nya sendiri, kemudian mejadi murid-murid yang berani dan berapi-api serta tidak kenal takut dalam mengabarkan Injil ! Jalan salib yang menuju kebangkitan, yang menyebabkan Saulus bertobat dan kemudian menjadi Paulus dikenal sebagai penulis yang paling produktif dalam Perjanjian Baru, dimana melalui surat-surat yang ditulis Paulus sampai hari ini masih sangat relevan manjadi panduan bagi gereja dan orang-orang Kristen yang mau berpegang kepada Alkitab agar bisa berjalan dan taat serta tidak menyimpang dari Kristus.


Kalau jalan salib seharusnya menjadi “takdir” bagi kita orang kristen dan oleh karena itu kita harus melaluinya, kita tidak perlu takut ! karena banyak orang kristen yang telah melaluinya serta memperoleh kemenangan iman, baik sejak jaman para murid, gereja mula-mula, bapak-bapak gereja di masa lalu sampai dengan martir-martir di abad ke 21 ini, Jalan Salib juga masih sangat relevan diterima sebagi “takdir” yang harus dijalani oleh kita sebagai orang Kristen di jaman sekarang ini. Dengan “takdir” jalan salib, berarti orang-orang Kristen harus siap, sadar dan mau bersedia menerima setiap penderitaan dalam hidup ini.


Mungkin kita skarang ini sebagai umat Kristiani yang hidup di Indonesia yang menjunjung toleransi dan penghormatan kepada keyakinan yang berbeda, tidak mengalami penderitaan secara phisik atau jasmani, dan walaupun ada mungkin hanya sedikit.


Tetapi banyak dari kita selaku orang kristen yang sering “merasa” mengalami penderitaan lain, seperti masalah himpitan ekonomi, masalah hubungan yang hancur dan berantakan entah dengan suami atau istri, dengan orang tua atau anak, dengan adik atau kakak atau orang-orang lainnya. Masalah merasa disisihkan, merasa tidak dihargai atau merasa ditolak entah oleh keluarga, gereja, lingkungan kerja atau masyarakat.


Apakah sekarang ada diantara kita yang merasa tidak puas dengan kehidupan kita ? Apakah ada diantara kita yang merasa menderita dengan sakit penyakit ? Apakah ada diantara kita yang merasa menderita dan tersiksa dengan pekerjaan atau bisnis kita sekarang ? Apakah ada diantara kita yang mengalami kesulitan yang tidak ada habis-habisnya dalam hidup, selesai satu masalah muncul masalah lain ? Apakah ada diantara kita yang mengalami sakit hati dan dendam entah kepada suami, istri, orang tua atau anak , adik atau kakak atau orang lain dan kita merasa menderita dengan hal ini ? Apakah ada diantara kita yang sekarang ini memiliki hubungan suami istri yang retak dan rumah tangga atau keluarga dijurang kehancuran, atau kita merasa dikhianati oleh pasangan kita ? Apakah ada diantara kita sebagai orang tua merasa anak-anak kita tidak tahu balas budi, tidak hormat dan menjadi kurang ajar ketika mereka telah mandiri dan dewasa ?


Dan pada akhirnya kita merasa Tuhan tidak adil kepada kita atau keluarga kita ? Kalau ada diantara kita yang merasa seperti ini, Kristus telah menunjukkan jalan-Nya, sama seperti Yesus yang ingin penderitaan salib lalu daripada-Nya, tetapi pada akhirnya Dia menerima dengan ketaatan mutlak kepada Bapa, demikian juga kita selaku orang percaya yang diperlukan dalam melewati jalan salib yang penuh penderitaan adalah ketaatan mutlak terhadap Firman Tuhan.


Dengan ketaatan mutlak, kita berani dengan lapang dada menerima penderitaan sakit yang ada, dimana kita sudah berusaha baik dari secara medis kedokteran sampai dengan cara-cara “perdukunan” rohani entah melalui minyak urapan, doa untuk mukjizat kesembuhan, sampai dengan meneking dengan Roh Kudus, tetapi ternyata sakit penyakit kita tak kijung sembuh. Dengan ketaatan mutlak, walaupun sakit penyakit tersebut kita tahu dengan sadar mendekatkan kita kepada kematian, kita tetap mensyukuri atas nafas hidup yang diberikan oleh Tuhan Sang pencipta !


Dengan ketaatan mutlak, kita berani mengambil resiko untuk kehilangan pekerjaan atau bisnis yang dalam cara-cara menjalankan-Nya berlawanan dengan Firman Tuhan.


Dengan Ketaatan mutlak kepada Firman Tuhan, kita menolak untuk melakukan tindakan korupsi dan manipulasi, walaupun untuk itu mungkin kita akan dijauhi rekan atau atasan, mungkin bisa tidak naik pangkat atau jabatan dan kemungkinan terburuk kita akan kehilangan pekerjaan atau bisnis yang kita jalani sekarang !


Dengan ketaatan mutlak, dalam permasalahan rumah tangga kita berani mengambil resiko untuk mengakui semua kesalahan dan kekurangan kita kepada pasangan kita, walaupun resikonya, pasangan kita mungkin akan lebih marah dan sakit hati atas kejujuran kita dan kemudian memutuskan untuk berpisah atau minta cerai.

Dan sebaliknya dengan ketaatan mutlak yang berdasarkan kasih kita bersedia mengampuni dan memaafkan kesalahan yang dilakukan pasangan kita, walaupun resikonya kita akan dikejutkan dengan banyak pengakuan-pengakuan kesalahan dari pasangan kita yang bisa membuat kita lebih sakit hati !


Sama seperti Yesus yang karena ketaatan mutlak kepada perintah Bapa, dan tahu resikonya, mengambil resiko lalu menjalankan resiko tersebut, dan oleh karena itu Dia mengalami penderitaan yang membawa kematian.


Lalu apakah penderitaan begitu sangat menakutkan bagi kita ?

Apakah kita begitu sangat ketakutan tanpa penghasilan, membayangkan bagaimana kita hidup apabila kita kehilangan pekerjaan atau bisnis kita, bagaimana kita membayar tagihan-tagihan kartu kredit kita, membayar uang sekolah anak-anak kita, membayar cicilan mobil dan rumah yang belum lunas ?


Apakah kita begitu ketakutan apabila nantinya pasangan kita akan meninggalkan kita dan rumah tangga kita menjadi berantakan, apakah kita begitu ketakutan nantinya anak-anak kita akan kehilangan figur ayah atau ibu ? Apakah kita begitu takut kehilangan gantungan ekonomi karena pasangan kita yang meminta kita berpisah atau bercerai ?


Semua ketakutan kita tersebut telah dijawab dalam kebangkitan Yesus !

Sama seperti Yesus yang sebelum wafat mengatakan “sudah selesai “, demikian juga dengan ketakutan akan penderitaan yang harus kita lalui, “sudah selesai” dengan kebangkitan-Nya. Sudah selesai bisa bermakna teologis, bisa juga bermakna aktualitas dalam kehidupan nyata.


Makna teologis “sudah selesai” berarti hukuman bagi manusia karena dosa telah selesai dengan kematian Yesus diatas kayu salib, makna teologis juga bisa berarti tugas Tuhan Yesus di muka bumi sudah selesai, dan sekarang Dia berada di sebelah kanan Allah Bapa dan memerintah bersama Allah Bapa. Tetapi dan ini lebih penting lagi bahwa Makna teologis bisa menjadi makna aktualitas dalam kehidupan nyata, dan ini yang harus kita sadari !


“Sudah selesai” mempunyai makna terus aktual dan sangat dalam bagi kehidupan kita selaku orang Kristen sekarang ini yang hidup di dunia nyata yang semakin jauh dari nilai-nilai Firman Tuhan.


Sudah selesai bisa berarti bahwa penderitaan yang harus kita lalui walaupun pahit dan menyakitkan dan membuat kita “berdarah-darah” entah secara ekonomi, psikologis atau bahkan juga jasmani pada akhirnya akan ada jalan keluar dari Tuhan sendiri yang membawa kepada damai sejahtera yang kekal.


Sudah selesai bisa bermakna kita melepaskan ketakutan kita dan hanya berharap kepada Tuhan saja yang akan memelihara kita.


Sudah selesai bisa berarti kita menolak untuk bertindak diluar Firman Tuhan, dan tidak mau berkompromi dengan dunia yang jahat walaupun tampilan luarnya begitu menarik dan menggoda.

Sama seperti Yesus yang bangkit dari kematian sebagai tanda kemenangan, demikian juga kita selaku anak-anak Tuhan harus yakin bahwa Tuhan akan menyediakan jalan keluar terhadap setiap permasalah an dan penderitaan yang kita alami, hari demi hari, walaupun begitu sulitnya kehidupan kita akibat penderitaan yang kita alami.


Jalan keluar yang diberikan Tuhan bukanlah seperti yang diajarkan oleh gereja-gereja atau teolog-teolog sukses yang melihat berkat Tuhan dari materi dan kekayaan sebagai tanda kesuksesan, tetapi jalan keluar yang merupakan cara Allah sendiri yang unik dan diberikan berbeda dari satu orang kepada orang lain, sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dari orang tersebut !


Jadi kalau kita sekarang mengalami kesulitan akibat hutang-hutang, dan tidak mampu membayarnya, hadapilah dengan tindakan nyata, temui mereka yang menagih tanpa rasa takut dan ceritakan kesulitan keuangan yang ada dengan jujur serta dan percaya bahwa suatu saat Tuhan akan melunasi semua hutang-hutang kita.


Jadi kalau sekarang kita mengalami kesulitan dalam keuangan dalam membiayai pendidikan anak kita, percayalah bahwa Tuhan yang akan menyediakan sekolah yang terbaik bagi anak kita, entah bagaimana caranya.


Jadi kalau sekarang kita dituntut cerai atau sudah bercerai dan ditinggalkan oleh pasangan kita, tetaplah percaya bahwa suatu saat pasangan kita akan kembali, dan kalaupun tidak, sementara kita tetap menjaga kekudusan hidup seksualitas kita, Tuhan akan memberikan jalan keluar terhadap semua kesulitan rumah tangga kita dan juga kita selaku pribadi dalam memenuhi kebutuhan hidup dan mendidik anak-anak kita serta cara untuk melepaskan kebutuhan seksulaitas yang ada !


Satu kisah dalam sejarah gereja katolik, menceritakan bagaimana Rasul Petrus yang karena merasa frustasi, kelelahan secara jasmani dan rohani, ketakutan, dan dalam ancaman dibunuh, berniat melarikan diri meninggalkan kota Roma untuk bersembunyi di kota lain, karena pada saat itu Kaisar Nero telah membantai ribuan jiwa orang-orang Kristen entah dengan pembunuhan atau dijadikan lawan kepada singa yang kelaparan dalam kolesum-kolesum mereka.


Ketika Rasul Petrus berada disatu tempat diluar tidak jauh dari kota Roma hendak, dia bertemu dengan seorang pria yang berwajah lembut tetapi penuh wibawa, dan orang tua tersebut bertanya kepada Rasul Petrus, “ Quo vadis Padre ? “ yang berarti, hendak pergi kemana padri ?


Yang dijawab Rasul Petrus, “ Saya hendak mengungsi dari kota Roma, karena kaisar yang jahat telah banyak membantai dan membunuh domba-domba yang selama ini aku gembalakan, dan sekarang kaisar tersebut sedang mencari dan hendak membunuh saya ? “


Lalu Rasul Petrus bertanya kepada pria tersebut, “ Bapak hendak kemana ? “ yang kemudian dijawab oleh orang tua tersebut, “ Aku hendak masuk ke kota Roma dan disalibkan untuk yang kedua kalinya. “ Mendengar jawaban tersebut, baru Rasul Petrus menyadari bahwa pria tersebut merupakan Yesus sendiri. Kemudian Rasul Petrus menangis serta menyesal karena ingin meninggalkan kota Roma karena takut akan penderitaan dan siksa, sehingga menyebabkan Yesus sendiri bersedia untuk menderita dan disalib untuk kedua kalinya. Kemudian, dengan menyesal, Rasul Petrus berbalik kembali memasuki kota Roma serta kemudian bersedia menanggung penderitaan dan mati sebagai martir.


Walaupun mungkin ini hanya cerita atau legenda, tetapi kita bisa belajar dari kisah tersebut, dimana karena ketakutan akan penderitaan, Rasul Petrus berusaha melarikan diri dari kota Roma, dan karena itu Yesus sendiri yang bersedia untuk menananggung penderitaan orang-orang Kristen di kota roma sehingga Dia bersedia disalibkan untuk yang “kedua kalinya “


Sama seperti Rasul Petrus yang tadinya begitu takut kemudian dengan siap dan sadar menerima penderitaan yang dialaminya dan memahami bawa ketakutan akan penderitaan serta kematian telah di tanggung dalam kematian Yesus di kayu salib dan bahwa kemenangan dalam Kebangkitan Yesus memberikanya jalan untuk melalui penderitaan, demikian juga kita, seharusnya dalam menyikapi setiap penderitaan yang kita lalui dalam kehidupan ini ! Bahkan bisa saja sepertinya, jalan keluar belum diberikan oleh Tuhan, tetapi yang pasti adalah ketenangan, ketentraman dan damai sejahtera yang kekal telah kita miliki dan terus ada dalam diri dalam melalui jalan penderitaan selama kita mengakui bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat pribadi kita !


Semoga kenangan penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib pada hari Jumat agung, 2 april nanti dan perayaan paskah yang mengingat kebangkitan-Nya pada tanggal 4 april nanti bisa menguatkan kita selaku umat kristiani, bahwa penderitaan merupakan bagian dari kehidupan iman kristen yang harus kita jalani ! Sehingga Yesus tidak datang kepada kita dan berkata, “ Aku akan disalibkan yang kedua kali untuk penderitaanmu ! “ Selamat Paskah 2010 !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar